Sabtu, 12 Maret 2011

Dimana Do'a Kita

Jangan salahkan Allah bila doa tak dikabulkan dan jangan pula menggerutu atau jemu” demikian tulis Abdul Qadir Jailani (1078-1167 M) seorang sufi besar dalam bukunya Mafatih Al-Ghayb (Penyingkap Kegaiban).

Jika kita memohon tibanya cahaya siang pada saat kian memekatnya kegelapan malam, maka penantian kita akan lama, karena ketika itu kepekatan akan meningkat hingga tibanya fajar. Tetapi yakinlah bahwa fajar pasti menyingsing baik kita menghendaki atau tidak, jika kita menghendaki kembalinya malam pada saat itu, maka doa kita tidak akan dikabulkan karena kita meminta sesuatu yang tak layak dan kita akan dibiarkannya meratap, lunglai, jemu dan enggan. Tetapi kita salah bila jemu berdoa.

Karena sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS 94 : 5-6).

Menurut M. Quraih Shihab, tafsir ayat di atas adalah bahwa sesaat setelah datangnya satu kesulitan pasti disusul oleh dua kemudahan. Karena itu tetaplah yakin bahwa dalam genggaman tangan-Nya terdapat segala kebajikan.

Bila apa yang dimohonkan tak diperoleh dengan segera, kita tak akan rugi. Karena, lanjut Abdul Qadir Jaelani, nabi pernah bersabda : Pada hari kebangkitan ada yang terheran-heran melihat ganjaran perbuatan yang dia rasakan tak pernah dilakukannya, ketika itu disampaikan kepadanya : “Inilah doa-doamu di dunia yang dulu tidak dikabulkan”. Karena itu, janganlah jemu berdoa, juga jangan menggerutu, apalagi mengutuk.

Wallahu A’lam Bishshawab.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

belajar banyak